Sharing di bulan Agustus 2009

Di bulan Agustus 2009,
di saat Indonesia merayakan
HUT Kemerdekaan ke 64 tahun

Tanggal 1 Agustus 2009, setelah selama sebulan kontak sana kontak sini untuk menemukan orang-orang yang rela berbagi, ada yang bisa berbagi tapi tak mau, ada yang tidak bisa berbagi karena keadaannya tapi mau yang juga tak ada bagiannya, dan akhirnya ada yang dengan rela hati mau berbagi, akhirnya, pada awal Agustus 2009 itu, saya mendaftarkan seorang anak yang karena kemiskinannya tidak bisa sekolah, padahal anak itu ingin bersekolah.

Setelah anak itu terdaftar masuk sekolah, problem anak miskin ternyata tidak berhenti disitu, sekolah hanya memberikan KAIN SERAGAM tentunya setelah membayar Rp 400.000 di sekolah tsb, sekarang problemnya adalah bagaimana agar kain itu bisa dipakai sebagai seragam? Wah, sementara anak pakai pakaian seragam bekas ke sekolah, tetapi karena di satu sekolah ada 4 macam seragam, seperti di TNI ada berbagai macam seragam (seragam lapangan, seragam upacara, seragam...). 3 minggu kain masuk penjahitan yang levelnya di kampung alias lebih murah dari yang di tailor, e, tidak juga bisa diambil oleh ortunya, karena nggak ada duit, malahan waktu saya kunjungi dan menanyakan permasalah itu, uang tabungannya sudah ludes lagi sebesar Rp 120.000, gara-gara adik ditabrak lari oleh pengendara sepedamotor, dan oleh polisi adik yang masih SD itu dibawa langsung ke RS. Bethesda dan ortu hanya diberi kabar saja. Untuk bayar biaya di Klinik RS Bethesda, tabungan yang untuk bayar ongkos jahitan pindah ke KAS RS Bethesda, untuk bayar Dokternya Rp 70.000, dan obat-obatan ringan serta tindakan bantuan medis adalah Rp 50.000. Oh, .....

Karena disiplin sekolah juga perlu dan penting supaya anak miskin jangan tetap semaunya, untunglah masih ada yang berbagi lagi sehingga ongkos jahit yang Rp 180.000 bisa lunas dan semua seragam siap dipakai bersekolah. Syukur kepadaMu, Tuhan yang Mahakasih, Engkau telah mengutus orang-orang dengan peduli kasih di hati mereka, sehingga mau berbagi barang sedikit, ibarat berbagi 5 roti dan 2 ikan (Tema besar Kongres Ekaristi KAS).
-------------------------------------------------------------------

Bersamaan dengan itu, anak miskin lainnya mengalami demam tinggi, di bawa ke puskesmas, dan dinyatakan sakit DB alias Demam Berdarah. Bingunglah keluarganya yang miskin itu, karena tidak ada cukup biaya untuk masuk perawatan di Rumah Sakit. Sakit DB memang butuh perawatan intensif, karena perlu infus dan bila darah sampai drop juga diperlukan transfusi secara cepat. Dan untuk memantau itu perlu tiap kali ada pemeriksaan darah untuk mengetahui nilai trombositnya. Demi kehidupan anak miskin itu, diperlukan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit, tapi bagaimana kalau tidak ada dana ? Tapi bukankah kehidupan itu adalah paling berharga? Tgl. 15 Agustus 2009 (dulu biasa diperingati sebagai pesta St. Maria diangkat Ke Sorga), kita berdoa agar Bunda Maria mau menyampaikan masalah ini kepada Bapa di Sorga dan memberikan kasihNya yang besar bagi anak miskin itu. Dengan keyakinan itu, anak dimasukkan ke puskesmas yang punya unit rawat inap karena sedang dikembangkan untuk menjadi RS pembantu. Dan harus puskesmas / RS negeri, karena kalau swasta siapa tahan biayanya. 5 hari anak miskin itu di opname, dan ternyata bantuan yang diperoleh, ternyata sisa setelah menyelesaikan pembayaran biayanya pada waktu anak dinyatakan sembuh dan boleh keluar dari perawatannya. Jadilah kita malahan mengembalikan sisa uang bantuan. Terpujilah Tuhan, karena kemuliaanNya yang luar biasa.

Sementara itu, anak miskin lain yang kecil karena masih SD sudah sakit sejak tgl. 9 Agustus 2009, gejalanya panas demam. Diagnosa puskesmas, anak itu kena sakit thypus. Sudah diobati selama 2 minggu oleh fihak puskesmas dan anak sudah berusaha masuk sekolah, tetapi baru sehari masuk kelas, siang harinya sudah tidak bisa melanjutkan belajarnya karena demam menyerang lagi. Ya, kondisi anak yang boleh jadi gizi kurang, ditambah ada penyakit. Ada informasi, bahwa untuk menyembuhkan anak itu perlu diberi kapsul tertentu, tapi ortu tidak punya uang untuk membelinya, obat itu seharga Rp 20.000 sebotol. Dan tertulis di label botol obat itu, bahwa kapsul mengadung protein berkualitas tinggi lebih dari protein ikan dan daging. Memang kalau gizi membaik, kesehatan juga baik adanya. Kalau mengikuti kisah Injil, ada seorang anak yang mau berbagi 5 roti dan 2 ikan dan itu dibawa kepada Yesus untuk menolong ribuan orang yang membutuhkan sarana bagi kelangsungan hidupnya. Kembali kita harus tunduk bersujud karena Tuhan memberikan lagi kesaksian tentang kasihNya yang besar kepada anak miskin. Bukankah Allah Bapa mengasihi sepenuhNya puteraNya, Yesus. Dan Yesus sering mengidentifikasi DiriNya dengan mereka yang miskin, menderita, lapar, dsb ?

Begitu sedikit sharing pengalaman kami dalam pelayanan diakonia karitas dalam dinamika bersama anak-anak miskin..

Br. Yoanes FC