TEMA SAKTI DARI KONGRES EKARISTI KAS 2008

TEMA SAKTI: BERBAGI LIMA ROTI DAN DUA IKAN
MENGINSPIRASI PELAYANAN DIAKONIA KARITAS

Beberapa tahun ini, saya mengadakan pelayanan bagi anak-anak usia sekolah yang miskin. Anak-anak itu mau sekolah tetapi membutuhkan uluran tangan dari fihak-fihak lain agar mereka dapat bersekolah.

Bagaimana agar anak-anak miskin yang masih punya semangat bersekolah dapat bersekolah? Sementara orangtuanya berpenghasilan kecil dan tidak cukup untuk membiayai sekolah anak-anaknya, bahkan untuk makan saja kurang, dan ada yang kadang makan sekali sehari dan porsinya pun sedikit. Bagaimana makan kurang, gizi kurang, mau belajar yang membutuhkan energi fisik dan syarat otak? Sementara untuk bersekolah dibutuhkan selain uang sumbangan gedung, uang sekolah bulanan, uang iuran ini itu, dan juga seragam sekolah berupa pakaian seragam beberapa macam / stel, juga untuk sepatu, kaus kaki, tas sekolah, buku tulis, alat tulis, belum diwajibkan beli buku teks pelajaran, lalu wajib beli Lembar Kerja Siswa, belum iuran insidental lain bila ada kegiatan sekolah seperti anak sekelas mau kunjungan ke suatu tempat, juga transportasi membutuhkan biaya. SEKOLAH ITU MAHAL BAGI ANAK MISKIN, BAHKAN MAHAL SEKALI.

Belum lagi sikap tak mau tahu dari fihak fungsionaris sekolah yang main tagih dan sangsi tidak boleh ikut test / ujian, tidak boleh diambil rapor / ijazahnya, bahkan kadang anak disuruh pulang paksa karena belum bayar uang sekolah / iuran. Yang miskin dihambat dalam proses belajar mereka, sementara yang berduit dengan tenang ikut pelajaran, gizi cukup, fasilitas cukup, transportasi lancar, bahkan masih dapat mengadakan rekreasi ekstra.

Bagi semua manusia, hidup adalah dasar. Dan secara manusiawi, hidup yang paling dasar adalah MAKAN. Makan menjadi dasar. Makan untuk hidup. Meski ada orang kaya yang hidup untuk makan. Kalau makan saja kurang, apakah orang akan menyekolahkan anak?

Inilah relevansi tema sakti: Berbagi lima roti dan dua ikan. Tuhan sudah menciptakan system dalam dunia ini, semua orang dapat hidup dan dapat makan. Bahan makanan diciptakan Tuhan untuk kehidupan semua orang. Tetapi manusia pelan-pelan menciptakan system, bahwa yang boleh makan adalah mereka harus dapat membayar. Simbolnya toko, tidak boleh ambil barang karang tidak dapat membayar. Sistem yang diyakini hampir semua orang di dunia ini. Ternyata yang dapat menguasai sehingga boleh mengkonsumsi apapun adalah mereka yang punya uang. Dan untuk mendapatkan uang perlu kekuasaan kepandaian, yang pandai punya kesempatan mengambil bagian lebih banyak. Penggajian berdasarkan ijazah / symbol kepandaian. Belum lagi politik kekuasaan yang menurut Yesus harus melayani / membasuh kaki, justru dipakai untuk mengeruk keuntungan. Semestinya, yang terjadi adalah CINTAKASIH, di mana orang punya peduli kasih dan rela berbagi meski sedikit sekalipun, seperti BERBAGI LIMA ROTI DAN DUA IKAN.

TUHAN YESUS, ENGKAU MENGASIHI KAUM MISKIN. Bahkan Yesus mengidentifkasikan DiriNya dengan kaum miskin. Mateus 25:35-36, Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum.

Bagaimana mujizat berbagi lima roti dan dua ikan terjadi terus sampai sekarang? Adakah yang punya perhatian dan mau melayani mereka yang lapar, miskin? Yesus bersabda: Kamu yang harus memberi mereka makan. (Mat 14:16). Para Rasul dan penggantinya harus memberi makan kepada yang lapar. Dalam keterbatasan kita, kita perlu berbagi sedikit dari yang ada pada kita untuk mereka yang lapar.

SHARING PENGALAMAN PELAYANAN DIAKONIA KARITAS
YANG DIJIWAI TEMA SAKTI: BERBAGI 5 ROTI DAN 2 IKAN.

Kisah nyata dalam hal ini: seorang bapak tua ikut serta dalam gerakan berbagi lima roti dan dua ikan. Suatu hari dalam perjumpaan dengan saya, ia menampaikan sebuah amplop yang tebal. Pikir saya, ini tentu banyak uang untuk gerakan berbagi itu. Kemudian ia menyampaikan hal ini kepada saya, bahwa isi amplop itu adalah uang hasil menyisihkan belanja di rumah kakek dan nenek itu sebesar Rp 500 (parkir saja kadang sudah tidak mau kalau dibayar uang receh 500 an), setiap harinya. Ia menyambung, dengan mengurangi uang makan mereka sehari Rp 500, ia dan isterinya tetap sehat dan tidak kekurangan makan, tetapi ia dapat berbagi sedikit. Dan memang isi amplop itu Rp 15.000 hasil penyisihan selama sebulan. Terpujilah Tuhan Yesus dengan tema sakti BERBAGI LIMA ROTI DAN DUA IKAN.

Theresia, dinyatakan lulus ujian SMP, tetapi ia tidak dapat mengambil ijazahnya karena tunggakannya sebanyak Rp 3.600.000. Ini salah satu pengalaman yang menyedihkan yang sudah didahului, bahwa selama sekolah Theresia sering mendapat teguran dari fihak sekolah tentang tagihannya dan bila ia menyampaikan kepada orangtuanya, jawabnya: belum dapat membayar. “Ketegasan disiplin sekolah” memberi pengalaman bagi Theresia, ia disuruh pulang pada waktu akan mengikuti test di sekolahnya karena belum bayar. Ini terror mental bagi Theresia. Sementara anak-anak cemas menghadapi test, Theresia cemas juga plus semakin cemas karena disuruh pulang.
Gerakan BERBAGI LIMA ROTI DAN DUA IKAN, membebaskan Theresia sehingga ia dapat memperolah ijazah SMPnya.

Pak Joko (keluarga miskin) mengalami nasib sial, isterinya karena bermaksud mendapatkan penghasilan tambahan menolong mantan teman sekolahnya untuk menggadaikan sepeda motor yang ternyata adalah motor pinjaman, dan karena KTP yang dipakai untuk menggadaikan adalah KTP isterinya, maka si pemilih sepedamotor menuntut agar dikembalikan. Itu berarti harus ditebus dengan uang Rp 2.500.000. Kalau tidak sang isteri akan diadukan perkara ke polisi dalam kasus terlibat penggelapan. Sementara mantan teman yang sudah menerima uang hasil gadai sudah pergi tak diketahui rimbanya. Jadilah pak Joko berhutang pada renternir dengan bunga Rp 500.000 sebulan. Keluarga yang untuk keperluan hidup sehari-hari kurang, tak mampu membiayai sendiri sekolah anak-anaknya, sekarang terjerat renternir. Gerakan tema sakti membebaskan keluarga ini dari jerat mau renternir, karena kalau tak dapat ditolong dilunasi, makin lama utangnya akan mencapai tak terhingga besarnya. Pengikut Yesus menyisihkan sedikit ibarat berbagi lima roti dan dua ikan untuk karya pembebasan itu.

Keluarga Pak Arnold miskin. 3 orang anaknya sudah dibantu sehingga dapat bersekolah di SD dan SMP. Suatu ketika, Pak Arnold sakit flu berat sehingga ia tidak dapat mencari nafkah hari demi hari. Orang miskin tidak punya tabungan seperti orang kaya, kalau sakit ia dan keluarganya kesulitan makan. Tak ada cadangan makanan, tak ada tabungan uang. Padahal kalau tak makan, sakit akan bertambah parah dan dapat berkepanjangan. Gerakan tema sakti yang mau mengasihi Yesus dalam diri kaum miskin menjadikan ada sekelompok orang katolik di lingkungan, ada yang memberikan sedikit dana, sedikit beras, dll. Dan ada keluarga yang memasak, dan saya jadi loper nasi bungkus selama seminggu untuk menolong keluarga itu. Tiap hari kita kirim makan jadi siap santap, maklum mereka juga tidak punya uang untuk minyak bahan bakar dll.. Kalau diberi bahan makanan mental juga tidak efektif. Selain makanan, kita berikan juga bantuan obat-obatan dan multivitamin sampai pak Arnold sehat kembali dan dapat mencari nafkah harian mereka lagi.

Gerakan tema sakti mengajak keluarga yang mau membantu anak miskin dengan menerima dalam keluarganya sebagai anak asuh. Itu berarti memberikan makan bagi anak miskin itu, membantu agar dapat bersekolah, dan memberikan pengasuhan. Dan tentu sebuah keluarga akan terbeban, kalau keluarga itu tidak sungguh kaya raya. Tetapi anehnya yang kaya raya kebanyakan tidak mau, tetapi ada keluarga sederhana bersedia. Gerakan tema sakti mengajak yang kaya untuk berbagi lima roti dan dua ikan untuk disampaikan kepada kelaurga sederhana yang mau membantu anak miskin itu di rumahnya.

Puluhan anak miskin dan beberapa anak cacat mental telah ditolong oleh kemurahan Tuhan Yesus yang bergerak dalam Roh KudusNya dalam diri orang-orang yang peduli kasih kepada anak-anak itu.

TUHAN YESUS, ENGKAU SUNGGUH AJAIB DAN ENGKAU SENDIRI BERKARYA SELALU.