MENGHAYATI PELAYANAN DIAKONIA KARITAS



MENGHAYATI PELAYANAN DIAKONIA KARITAS
Dalam gambar ada Postulan / calon Bruder Karitas, sepeda, alat-alat.di latar belakang ada beberapa gelas plastik, kaleng yang isinya gula pasir dan susu.
Ini bagian dari spiritualitas Vinsensian-Triestian
Di balik wujud sepeda ada anak miskin penuh harap agar sepeda itu dapat menemaninya, yang tiap hari anak itu harus menggenjot sepeda itu pulang pergi dari tempat tinggalnya ke sekolah Bruder Karitas sepanjang 2 kali 4 kilometer. Sepeda sedang rusak dan anak perempuan miskin kelas I SMP itu yang sudah setahun sebelumnya tidak sekolah karena kemiskinan keluarganya, penuh harap bisa bersepeda untuk melanjutkan perjuangannya bisa bersekolah.
Anak itu saat itu sedang sakit flu, kondisinya agak lemah, maklum gizi masih perlu ditingkatkan. Pagi ini anak itu sudah diberi minum susu yang ada di kaleng itu dengan gulanya, yang sudah berlangsung beberapa hari. Selain itu ia diberi obat flu, vitamin dan juga biskuit agar siang hari dapat makan sedikit di sekolah. Ia tetap mau bersekolah dalam keadaannya itu.
Postulan Bruder Karitas itu sedang menghayati spritualitas Vinsensian-Triestian dalam keterbatasan pula. Ia memakai onderdil bekas untuk menjadikan sepeda itu baik kembali selain itu juga mengganti onderdil-onderdil yang diperlukan dengan yang baru.
Kita yakin, Tuhan itu Mahabaik, Ia memberi bila diperlukan berupa apa saja, termasuk onderdil-onderdil yang dibutuhkan. Ini kita hayati sebagai pertolongan Tuhan dalam diri para donatur. Ini kasih Allah (Deus Caritas Est) yang luar biasa bila kita mampu melihat dalam iman akan Yesus Kristus yang luar biasa besar kasihNya.
Air mata hati dan air mata sesungguhnya bisa menetes karena keterharuan dalam KASIH yang dinyatakan Tuhan dalam orang-orang sederhana. Yang lemah membantu yang lemah. Inilah pelayanan diakonia karitas yang disertai doa terus-menerus untuk semakin menyatukan semuanya dengan Tuhan. Diri kita yang lemah, kaum miskin dan semua sarana-prasarana, para donatur menjadi rahmat yang luar biasa menggetarkan hati penuh iman.
Tiada jalan lain dalam spritualitas Vinsensian-Triestian kita harus berelasi langsung dengan kaum miskin dan permasalahan hidupnya yang konkret.
Spiritualitas bukan hanya suatu teori meski ada teorinya yang diperlukan tetapi spiritualitas sejati itu masuk dalam peristiwa menolong-mengasihi yang miskin dan menderita. Ini menjadikan kita lebih mampu merasakan, termasuk rasa sakit, pedih, sedih dan juga gembira, bahagia karena karunia Tuhan yang berlimpah kepada kita.
Terpujilah Tuhan - aleluia.
Br. Yoanes FC