Menolong anak yg keluarganya terjerat renternir

Bulan Oktober - Nopember 2008

Keluarga yang sudah dibilang miskin, tentu akan berakibat pada anak-anaknya. Entah kesulitan biaya sekolah, bahkan sampai masalah gizi. Bahkan tak jarang anak tidak makan secara cukup.
Di bawah ini up-date kegiatan Pelayanan Diakonia Karitas yang ekslusif. Sementara kegiatan lain tetap berjalan biasa.


========================================

Dalam tulisan ini saya mau menyampaikan kisah nyata tentang lintah darat masih ada
di era reformasi ini. Juga korbannya nyata ada dari kalangan orang miskin dan
mengenai orang yang dibaptis katolik juga.

Di sebuah paroki di kota madya Yogyakarta, saya sengaja tidak menyebutkan nama
parokinya, ada seorang bapak bernama Yohanes Joko, ia mencari nafkah sehari-hari
dengan menjadi pembantu tukang parkir (bukan boss parkir) jam 1 siang sudah
harus pergi ke jalan jad tukang parkir dan pulang pk 1 malam. Ini cari nafkah
untuk keluarga yang terdiri isteri dan 4 (empat) orang anaknya. Rumahnya hanya
satu kamar berukuran 3 x 4 m2. di bilangkan padat hunian pinggir sungai.

Karena kerja macam itu, Bpk Joko tidur mulai pk 2 atau 3 malam sampai pagi pk 8
atau 9 pagi. Akibat irama kerja seperti itu, Bpk Joko sudah kena gejala rematik,
meski usianya 38 tahun. Juga karena kena peras lintah darah, ia boleh dibilang
stres juga sampai perederan darah kadang terhambat dan bergejala gringgingen
pada telapak kaki dan badan menjadi lemes. Maklum rupanya oksigen agak kurang
masuk ke pembubuh darah otak.

Awal terjerat oleh lintah darat adalah sbb, isterinya yang rupanya mau usaha
cari rejeki juga meski sedikit dan insidental. Kadang kalau ada orang yang minta
tolong, si isteri membantu dengan imbalan sedikit uang. Memang lagi sial, tujuh
bulan lalu, ada teman sekolah di masa dulu dari Bu Joko yang datang minta tolong
untuk menggadaikan sebuah sepeda motor. Karena berharap dapat sedikit komisi
dengan membantu menggadaikan sepeda motor. Tanpa prasangka buruk apapun, Bu Joko
menggadaikan motor temannya itu dengan memakai KTP an. Bu Joko. Nggak taunya,
beberapa waktu kemudian ada orang lain yang mencari-cari sepeda motornya,
katanya, sepedamotornya dipinjam teman dan belum kembali. Nggak taunya, sepeda
motor itu adalah sepedamotor yang digadaikan itu. Si pemilik sepedamotor marah
dan akan melaporkan ke polisi bila sepedamotornya tidak kembali segera.

Skemanya: si A pinjam sepedamotor sama di B. Lalu si A minta tolong isteri pak
Joko untuk menggadaikan. Setelah si A membawa pergi uang 2,5 juta rupiah itu,
dan entah kemana perginya, si B yang adalah pemilik Sepedamotor mencari. Si B
mengancam akan melaporkan polisi kalau sepedamotornya tidak kembali hari itu.

Karuan saja seluruh keluarga pak Joko panik, soalnya bisa dituduh pasal ikut
menggelapkan barang orang. Sementara orang yang sesungguhnya menggelapkan (sebut
saja sang penipu) sudah menghilang entah kemana. Pak Joko tidak tega isterinya
bakal ditahan polisi karena ada bukti hukum yang menggadaikan pakai KTP si
isteri, langsung cari pinjaman untuk menebus sepedamotor dari kantor pegadaian
negeri. Dan berhasillah mereka mengembalikan sepedamotor itu kepada s B,
pemiliknya dan bebaslah dari tuduhan penggelapan. Tapi efek sampingnya yang
fatal. Tiap bulan si lintah darah minta bunga 500.000 rupiah sesuai perjanjian
tertulis bermeterai katanya. Wah penghasilan yang sudah terbatas dikurangi
500.000 rupiah, ini makin menjadkan habis darah ekonomi keluarga itu. Ini
ungkapan pak Joko: Bruder, saya stres karena sudah bayar bunga 7 bulan dan
besarnya 3,5 juta rupiah, tapi belum berkurang juga pokoknya yang 2,5 juta itu.
Saya bekerja keras bukan untuk keluarga dan anak-anak saya, tapi hanya untuk
bayar bunga pinjaman.

Apakah ada yang mau membantu saya untuk melunasi utang pada renternir itu,
begitu ungkap pak Joko.

Masalah semakin bertambah setelah diketahui dari pemeriksaan kesehatan (ke
Puskesmas pakai Askeskin) bahwa anaknya yang masih di kelas I SMK kena tumor dan
harus dioperasi, menurut dokter.

Sementara masalah biaya sekolah saja sudah menjadi masalah bagi keluarga Pak
Joko.


====================================


Syukur kepada Tuhan Yesus dan terimakasih atas peduli kasihnya.
Bantuan yang telah diberikan oleh beberapa orang yang memberikan dana peduli kasih untuk membantu membebaskan Pak Joko dan keluarga dari renternir sudah saya laksanakan dan dengan kelegaan luar biasa kita semua yaitu Pak Joko dan isteri serta keluarga, serta saya pribadi menyampaikan banyak terimakasih.
Saya pribadi bersyukur kepada Tuhan Yesus, bahwa saya boleh menyaksikan karya kasih Tuhan Yesus dalam hidup ini. Betapa Tuhan Yesus telah menggerakkan hati belaskasihan, penuh kasih kepada keluarga-keluarga lain termasuk keluarga Anda. Kemudian bagaimana urusan ini yang cukup mendebarkan hati karena ada unsur penghisapan dan juga ancaman-ancaman terhadap Pak Joko dan keluarga, juga oleh oknum ternyata oleh kuasa Tuhan Yesus dalam Roh KudusNya dapat diselesaikan dengan damai. Bahkan yang seharusnya dibayar, terdiri dari utang pokok Rp 2,5 juta, plus masih ada bunga 2 bulan @ Rp 500.000 = Rp 1 juta, akhirnya cukup dilunasi Rp 3 juta.

Sudah 6 bulan sebelum hari penyelesaian itu, Pak Joko bayar bunga, jadi sudah bayar Rp 3 juta. Sementara penyelesaian utang-piutang dengan renternir tsb diatas adalah untuk memutus "penghisapan" yang menerus, karena keluarga Pak Joko sudah semakin miskin dan tak bisa bayar meski hanya bunganya.
Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati semua yang berbelaskasih kepada sesama yang menderita.

Salam
Br. Yoanes FC