LAPAR: Negeri Salah Urus
ANAK ITU BERBINAR MENERIMA BONEKA BARBIE YANG KEDUA KAKINYA SUDAH HILANG
Ini kisah pengalaman saya, Bruder Yoanes ini. Dalam rangka mengumpulkan apapun yang dapat berguna untuk anak-anak miskin, saya menghubungi rekan-rekan yang baik. Ada dua keluarga yang membongkar gudangnya, lemarinya dsb untuk mengeluarkan barang-barang yang sudah tak dipakai oleh keluarga untuk disumbangkan kepada saya. Saya menerima sumbangan banyak dus dengan isi aneka macam. Waktu saya membuka salah satu dus, ada boneka Barbie yang cantik tapi kedua kakinya telah hilang. Saya cari-cari dalam dus itu, siapa tahu kakinya masih bisa disambung lagi, tapi tak saya temukan lagi kaki si Barbie itu. Dalam hati, saya mencari makna dari boneka buntung itu. Apakah boneka ini masih akan menjadi sarana yang menghidupkan? Boneka saya biarkan tergolek, dan saya terus mencari suatu makna dari boneka Barbie yang sudah tak berkaki itu beberapa waktu lamanya.
Suatu hari, saya berjalan-jalan di SD Bruderan Karitas Nandan dan berjumpa dengan anak-anak kelas kecil. Saya bercakap-cakap dengan beberapa anak. Ada anak laki-laki yang saya tanya, apakah ia suka boneka. Anak itu menjawab spontan: tidak, karena ia suka mobil-mobilan. Seorang anak perempuan bernama Agnes, saya tanya apakah ia suka boneka ? Ia menjawab, bahwa ia suka boneka Barbie. Agnes dari keluarga miskin, boleh jadi ia mempunyai boneka Barbie yang murah harganya di rumahnya. Waktu saya tawarkan kepada Agnes, apakah ia mau boneka Donald Bebek ? Ia tidak mau. Dan waktu saya menyampaikan kepadanya, bahwa saya punya boneka Barbie, tapi kasihan boneka itu, karena tidak mempunyai kaki lagi. Apakah Agnes mau merawat boneka itu? Ia mengangguk.
Dua hari kemudian saya membawa boneka Barbie yang sudah tak berkaki itu. Memang cantik boneka itu meski tanpa kaki. Saya temui si Agnes kecil, dan saya pesan kepadanya sambil memberikan boneka Barbie tanpa kaki itu: Tolong kamu rawat boneka Barbie yang malang ini, ya. Dan Agnes dengan hati yang hangat menerima boneka itu. Di situlah rupanya makna boneka Barbie itu. Ia masih menjadi sarana Tuhan untuk menggembirakan anak kecil itu dan saya ikut menerima karunia Tuhan itu dalam perjumpaan dengan si Agnes yang membawa pulang boneka Barbie tanpa kaki itu. Dalam hati saya berefleksi, boneka Barbie itu yang "boleh jadi sudah dibuang dan tak berguna", ternyata tetap punya nilai bagi Agnes dan itulah makna yang tersembunyi selama ini bagiku, boleh jadi aku buta akan makna itu selama ini.
Br Yoanes FC
Ini kisah pengalaman saya, Bruder Yoanes ini. Dalam rangka mengumpulkan apapun yang dapat berguna untuk anak-anak miskin, saya menghubungi rekan-rekan yang baik. Ada dua keluarga yang membongkar gudangnya, lemarinya dsb untuk mengeluarkan barang-barang yang sudah tak dipakai oleh keluarga untuk disumbangkan kepada saya. Saya menerima sumbangan banyak dus dengan isi aneka macam. Waktu saya membuka salah satu dus, ada boneka Barbie yang cantik tapi kedua kakinya telah hilang. Saya cari-cari dalam dus itu, siapa tahu kakinya masih bisa disambung lagi, tapi tak saya temukan lagi kaki si Barbie itu. Dalam hati, saya mencari makna dari boneka buntung itu. Apakah boneka ini masih akan menjadi sarana yang menghidupkan? Boneka saya biarkan tergolek, dan saya terus mencari suatu makna dari boneka Barbie yang sudah tak berkaki itu beberapa waktu lamanya.
Suatu hari, saya berjalan-jalan di SD Bruderan Karitas Nandan dan berjumpa dengan anak-anak kelas kecil. Saya bercakap-cakap dengan beberapa anak. Ada anak laki-laki yang saya tanya, apakah ia suka boneka. Anak itu menjawab spontan: tidak, karena ia suka mobil-mobilan. Seorang anak perempuan bernama Agnes, saya tanya apakah ia suka boneka ? Ia menjawab, bahwa ia suka boneka Barbie. Agnes dari keluarga miskin, boleh jadi ia mempunyai boneka Barbie yang murah harganya di rumahnya. Waktu saya tawarkan kepada Agnes, apakah ia mau boneka Donald Bebek ? Ia tidak mau. Dan waktu saya menyampaikan kepadanya, bahwa saya punya boneka Barbie, tapi kasihan boneka itu, karena tidak mempunyai kaki lagi. Apakah Agnes mau merawat boneka itu? Ia mengangguk.
Dua hari kemudian saya membawa boneka Barbie yang sudah tak berkaki itu. Memang cantik boneka itu meski tanpa kaki. Saya temui si Agnes kecil, dan saya pesan kepadanya sambil memberikan boneka Barbie tanpa kaki itu: Tolong kamu rawat boneka Barbie yang malang ini, ya. Dan Agnes dengan hati yang hangat menerima boneka itu. Di situlah rupanya makna boneka Barbie itu. Ia masih menjadi sarana Tuhan untuk menggembirakan anak kecil itu dan saya ikut menerima karunia Tuhan itu dalam perjumpaan dengan si Agnes yang membawa pulang boneka Barbie tanpa kaki itu. Dalam hati saya berefleksi, boneka Barbie itu yang "boleh jadi sudah dibuang dan tak berguna", ternyata tetap punya nilai bagi Agnes dan itulah makna yang tersembunyi selama ini bagiku, boleh jadi aku buta akan makna itu selama ini.
Br Yoanes FC